Selasa, 07 Februari 2012

LAPORAN OSMOSIS

BAB I
 PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ilmu biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk makhluk hidup. Didalam tubuh makhluk hidup terdapat banyak sekali mikroorganisme misalnya sel dan di dalam sel tersebut terjadi banyak sekali reaksi-reaksi seperti difusi dan oamosis.
Osmosis adalah difusi air melalui membrane/selaput semi permeable dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi (hipertonik) ke tempat berkonsentrasi rendah (hipotonik) (Kimball, 1983: 123).
Tekanan osmotic adalah akibat dari kecenderungan molekul air untuk melewati membrane permeabel dan menyamakan konsentrasi air pada kedua belah sisinya (Kimball, 1983 126).
Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa masih banyak sekali mahasiswa yang tidak bisa membedakan antara satu sama lain sebelum ia mengalami atau melihat sendiri. Maka dari itu kami melakukan praktikum tentang osmosis, agar kami lebih mengetahui tentang peristiwa osmosis khususnya yang terjadi pada sel darah merah manusia.
1.2  Rumusan Masalah
            Rumusan masalah merupakan suatu yang sangat penting dalam suatu penelitian. Rumusan masalah merupakan titik tolak dari suatu kegiatan penelitian karena kenginan untuk mengetahui suatu permasalahan, memecahkannya, dan mengatasinya agar dapat mencapai apa yang dikehendaki.
Rumusan  masalah dalam praktikum ini adalah:
1.      Bagaimana peristiwa terjadinya osmosis?
2.      Bagaimana peristiwa terjadinya difusi?
3.      Bagaimana peristiwa terjadinya plasmolisis?


1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis merumuskan tujuan penelitian yaitu:
1.    Memahami peristiwa terjadinya osmosis.
2.    Memahami peristiwa terjadinya difusi.
3.    Memahami peristiwa terjadinya plasmolisis.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Difusi
            Suatu zat akan berdifusi dari tempat yang lebih pekat ke tempat yang kurang pekat. Difusi menuruni gradien konsentrasi menyebabkan kesetimbangan dinamik. Molekul zat terlarut terus melintasi membran, tetapi pada laju yang sama dalam kedua arah (Campbell, 2002: 148 ).
            Difusi adalah penyebaran, yang dimaksud penyebaran disini adalah menyebaran molekul-molekul suatu zat, dan penyebaran itu disebabkan oleh suatu gaya xang identik dengan energi kinetis tersebut. Gerakan difusi terdiri atas gerakan molekul per molekul yang lintasannya putus-putus karena perlanggaran dengan molekul-mooolekul zat lain, akan tetapi  pada akhirnya merupakan penyebaran yang homogen juga ( Djoseputro, 1982: 67).
   Karena difusi itu disebabkan oleh energi kinetis maka mudahlah kita maklumi, bahwa sumber gerakan molekul-molekul itu ada ditempat dimana banyak terdapat molekul-molekul dengan lain perkataan, ditempat yang konsentrasinya pekat. Dengan demikian, arah gerakan difusi niscayalah ketempat yang kekurangan molekul, alias ketempat yang berkontraksi rendah (Sugiri, 1984: 48).
            Pada umumnya, air dan bahan yang larut didalamnya, masuk dan keluar sel, bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali.pergerakan neto dari satu tempat ke tempat yang lain, akibat aktivitas kinetic acak atau gerak termal dari molekul atau ion disebut difusi. Difusi sering terjadi akibat adanya perbedaan konsentrasi bahan di satu titik dengan di titik lain. Difusi yang terjadi akibat adanya gradien konsentrasi. Konsentrasi adalah banyaknya bahan atau jumlah partikel per satuan volum (Salisbury, 1995: 34).
2.2 Osmosis
Pada hakikatnya osmosis adalah suatu proses difusi. Sedangkan menurut para ahli, osmosis adalah difusi dari tiap pelarut melalui suatu selaput yang permeable secara differential. Membrane sel yang meloloskan molekul tertentu, teteapi menghalangi molekul lain dikatakan permeable secara differential. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui membrane/selaput semi permeable dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi (hipertonik) ke tempat berkonsentrasi rendah (hipotonik). Perlu diketahui bahwa konsentrasi di sini adalah konsentrasi pelarutnya yaitu air dan bukan konsentrasi zat pelarutnya dalam air itu. Pertukaran air antara sel dan lingkungannya adalah suatu factor yang sangat penting sehingga memerlukan suatu penanaman khusus yaitu osmosis (Kimball, 2006: 123).
Dalam osmosis ini, dikenal 3 bentuk larutan yaitu:
a.       Larutan hipertonik: Larutan yang zat terlarutnya lebih tinggi dibandingkan dengan larutan di dalam sel. 
b.      Larutan hipotonik: Larutan yang zat terlarutnya lebih rendah dari pada di dalam sel.
c.       Larutan isotonik: Larutan yang konsentrasinya sama antara luar dan di dalam sel (Bambang, 2004: 45).
Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh suatu selaput tipis yang disebut membrane plasma. Selaput ini merupakan membrane yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel kedalam sel dan sebaliknya. Proses difusi sendiri adalah percampuran antara dua molekul yang berbeda konsentrasi yaitu dari tempat yang konsentrasinya tinggi ketempat yang konsentrasinya rendah. Proses difusi ini juga terjadi pada sel organisme hidup tetapi antara molekul yang berbeda konsentrasinya dan dipisahkan oleh membrane plasma yang mempunyai pori-pori (osmos). Dengan demikian osmosis adalah proses difusi pada organisme hidup dimana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori membrane plasma. Pada umumnya membrane pada organisme hidup bersifat semi permeable (selektif permeable) yang berarti hanya molekul-molekul tertentu yang dapat melewati cairan sel biasanya bersifst hypertonis (potensial air tinggi) sedangkan cairan yang yang berada diluar sel bersifat hypotonis (potensial air rendah), sehingga air akan mengalir masuk kedalam sel sampai antara kedua cairan isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam larutan yang hypertonis terhadap sitoplasma maka air didalam sel akan berdifusi keluar sehingga sitoplasma mengkerut terlepas dari dinding sel dan peristiwa ini disebut plasmolisis (Nasir, 1993: 48).
Peristiwa plasmolisis dan de plasmolisis seperti yang terjadi pada sel tumbuhan juga terjadi pada sel hewan. Walaupun ada sedikit perbedaan sel darah merah yang berada di luar caranya dapat mepertahankan bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya. Sel darah merah akan mengkerut apabila berada didalam cairan yang hypertonis. Pengkerutan sel darah merah ini dinamakan krenasi (crenation). Bila sel darah merah di dalam larutan hypotonis, maka sel akan pecah dan hemoglobin yang bewarna merah akan keluar. Keadaan ini menjadi dasar untuk menghitung kadar hemoglobin dalam darah (Nasir, 1993: 49). 


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikun ini di laksanakan pada hari Senin tanggal 30 November 2009 pukul 11.00-14.00 WIB di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat
Alat-alat yang di gunakan dalam praktikum tentang osmoshs ini adalah mikroskop, deck glass, obyek glass cekung, dan tabung reaksi.
3.2.2 Bahan
            Bahan yang di gunakan dalam praktikum tentang osmosis ini adalah darah manusia, bunga canna, larutan NaCl 0,9 %, larutan glukosa 0,2%, aquades dan air.
3.3  Cara Kerja Praktikum
3.3.1 Plasmolisis dan Krenasi
  1. Disiapkan tiga buah obyek glass cekung dan tiga buah deck glass.
  2. Obyek glass I ditetesi darah kemudian ditetesi larutan NaCl 0,9%.
  3. Obyek glass II ditetesi darah kemudian ditetesi larutan glukosa 0,1%.
  4. Obyek glass III ditetesi darah kemudian ditetesi aquades.
  5. Ditutup dengan deck glass secara hati-hati.
  6. Diamati dibawah mikroskop dan dilihat bagaimana perubahan yang terjadi.

 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Pengamatan Osmosis pada Darah
Plasmolisis









4.2 Pembahasan
            Pada percobaaan yaitu darah Mr.X yang ditetesi dengan larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%. Sel darah merah seimbang karena konsentrasi air yang sama dengan sitoplasmanya, sehingga untuk mencapai keseimbangan darah dan air akan bercampur. Sel darah merah tidak akan mendapat tambahan dan kehilanagan air dengan cara osmosis. Dan larutan NaCl disebut dengan larutan isotonic hal ini sesuai dengan pernyataan yang ditulis (Kimball, 1983: 123).. Sel darah merah yang ditetesi larutan isotonik tidak aka ada selisish perpindahan air melintasi membrane. Dalam lingkungan yang isotonik volume sel darah merah stabil. Dan pada percobaan kami memang sama dengan pernyataan diatas darah yang kami teliti dengan NaCl hasilnya juga siembang. Darah yang ditetesi dengan larutan NaCl yang < 0,9% dan > 0,9%  hasilnya pun juga sama yaitu darah tetap dalam keadaan seimbang. Hal ini dapat dibuktikan bahwa larutan isotonic ini tidak dapat mempengaruhi sel darah merah walaupun dengan konsentrasi yang tinggi.
            Pad percobaan kedua yaitu sel darh merah ditetesi dengan larutan glukosa dengan konsentrasi 0,1%. Sel darah mengalami krenasi yang dikarenakan konsentrasi darah lebih rendah dari pada konsentrasi glukosa sehingga darah masuk ke glukosa dan mengalami pengkerutan dan sel darah merah akan mengkerut apabila berada di dalam cairan yang hypertonis.
            Pada percobaan ketiga yaitu sel darah merah ditetesi dengan aquades atau air yang mengalami dua kali penyarinagan. Pada saat sel darah merah ditetesi sel darah tersebut pecah karena aquades bersifat hypotonis pernyataan ini sesuai dengan apa yang ditulis Kimball hal 14. Sel darah merah akan mengalami plasmolisis dikarenakan konsentrasi darah lebih tinggi dari pada air sehingga masuk ke darah dan mengalami penggelembungan pada darah kemudian membrannya pecah.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Jika sel darah merah yang ditetesi dengan larutan isotonik, maka darah merah tidak akan mendapat tambahan air atau kehilangan air atau darah bersifat seimbang.
Jika darah merah yang ditetesi dengan larutan yang bersifat hypertonik, maka darah akan mengalami pengkerutan dan peristiwa ini disebut dengan krenasi (pengkerutan sel).
Dari hasil praktikum yang telah kami lakukan saya selaku penulis dapat menarik kesimpulan yaitu jika sel darah merah ditetesi dengan larutan hypotonis maka sel darah menjadi pecah, karena sel darah merah lebih pekat dari larutan hypotonis tersebut.
5.2 Saran
            Untuk praktikum selanjutnya, diharapkan assisten memberitahu bahan yang akan digunakan untuk praktikum seminggu sebelum praktikum, minimal tiga hari sebelum praktikum. Agar praktikan dapat mempersiapkan bahan semaksimal mungkin. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman antara praktikan dengan assiten mengenai bahan yang digunakan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Djoseputro Dr. Dwi. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Kimball, W John. 1983. BIOLOGI Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Kimball, W John. 2006. BIOLOGI Jilid I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Nasir, Moch. 1993. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Jogjakarta: Depdiknas.
Salisbury, Frank dkk. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.
S. Bambang. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Sugiri, Nawang Sari. 1984. Zoologi Umum. Jakarta: Erlangga.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar