Selasa, 07 Februari 2012

LAPORAN SPERMA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Seorang laki-laki umumnya mengejakulasi kurang lebih 2 sampai 5 mililiter semen, dan tiap milliliter mengandung sekitar 50 sampai 130 juta sperma. Saat telah berada dalam saluran reproduksi wanita, prostaglandin dalam semen mengencerkan mucus pada pembukaan uterus dan merangsang kontraksi otot uterus, yang membantu menggerakkan semen masuk ke dalam uterus. Ketika semen berkoagulasi, sehingga memudahkan kontraksi uterus untuk menggerakkannya. Antikoagulan mencairkan semen, dan sperma mulai berenang melalui saluran wanita  (Campbell, 2004: 156).
Reproduksi merupakan  kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan. Bagi makhluk hidup tujuan reproduksinya adalah agar suatu jenis makhluk hidup tidak mengalami kepunahan. Sama seperti makhluk hidup lahnnya, manusia berepeproduksi secara sexual. Reproduksi secara sexual melibatkan kelenjar dan saluran kelamin. Interaksi antara organ reproduksi, kelenjar, dan saluran kelamin merupakan proses yang terjadi di dalam sistem reproduksi (Slamet, 2007: 300).
Reproduksi pada manusia di awali dengan persetubuhan atau perkawinan (kopulasi). Persetubuhan merupakan masuknya organ kelamin luar pria berupa penis ke dalam organ wanita berupa vagina. Persetubuhan di ikuti proses fertilisasi (pembuahan) internal atau pembuahan yang terjadi di dalam tubuh wanita. Fertilisasi merupakan penyatuan sperma dengan ovum  (Diah, 2004: 265).
Setelah terjadi fertilisasi dan berhasil maka akan terjadi kehamilan. Untuk mengetahui orang itu hamil atau tidak maka di lakukan tes urine. Kita sering mendengar istilah tes kehamilan atau tes urine pada kehidupan, tetapi tidak semua orang mengetahui arti dari tes kehamilan, dan bagaiman cara mengetes kehamilan.


Dewasa ini kita telah mengenal apa yang dinamakan tes kehamilan yang fungsinya untuk megetahui keadaan seseorang apkah hamil atau tidak. Untuk memecahkan masalah tersebut kita akan membahas tentang tes kehamilan pada praktikum kali ini.
1.2 Rumusan Masalah
            Rumusan masalah merupakan suatu yang sangat penting dalam suatu penelitian. Rumusan masalah merupakan titik tolak dari suatu kegiatan penelitian karena kenginan untuk mengetahui suatu permasalahan, memecahkannya, dan mengatasinya agar dapat mencapai apa yang dikehendaki.
Rumusan  masalah dalam praktikum ini adalah :
1.      Bagaimana cara mendeteksi kehamilan?
2.      Apa hormon HCG itu ?
3.      Bagaimana bentuk sperma ?
4.      Apa motilitas sperma dan bagaimana cara menghitung prosentase motilitas sperma?
5.      Apa viabilitas dan bagaimana cara menghitung prosentase viabilitas sperma?
6.      Apa abnormalitas dan macam-macam abnormalitas?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1.      Dapat melakukan deteksi kehamilan sendiri.
2.      Mengetahui hormon HCG khusus dengan disekresikan pada kehamilan.
3.      Mengetahui bentuk sperma.
4.      Mengetahui dan menghitung prosentase motilitas sperma.
5.      Mengetahui dan meghitung prosentase viabilitas sperma.
6.      Mengetahui abnormalitas dan macam-macam abnormalitas sperma.


BAB II
DARAS TEORI

2.1    Tes Kehamilan
Tes kehamilan adalah cara mengetahui apakah orang tersbut positif hamil apa tidak, beberapa ciri perempuan yang lagi hamil adalah telatnya menstruasi, yang menyebabkan perutnya sakit dan mual-mual. (Setya,2004:12)
Kehamilan atau gestesi adalah proses pertumbuhan dan perkembangan hasil fertilisasi di dalam uterus. Kehamilan akan menyebabkan terjadinya banyak perubahan yang meliputi organ reproduksi dan organ yang lainya, dan berat badan dan spikis  (Diah, 2004: 280).
Pengaruh kehamilan terhadap perubahan organ reproduksi terjadi pada uterus, vagina, ovarium, dan payudara. Sedangkan pengaruh kehamilan terhadap perubahan organ-organ system tubuh lainyaterjadi pada system respirasi, system gastrointestinal, system sirkulasi, kulit, dan traktus urinarius  (Yatim, 1994: 256).
2.1.1 Hormon Khusus yang Disekresikan pada Saat Hamil
            Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Pada saat hamil produksi hormon tersebut menjadi lebih banyak dan masing-masing hormon berguna untuk mengatur pertumbuhan janin selama kehamilan. Beberapa jenis hormon dan fungsinya yang telah dikenal adalah  (Stahl. 2000:155).
1.    HCG (human Chorionic Gonadotropin)
Tanda-tanda kehamilan hanya bisa diketahui dengan jika seorang wanita memiliki Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Dengan adanya hormon ini didalam air seni (urine) dan darah (blood) maka wanita dipastikan sedang hamil (Yatim, 1994: 24).
Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di saluran Tuba fallopii, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim  (Stahl. 2000:156).
Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon HCG sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan mual dan pusing yang sering dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau keguguran (Stahl. 2000:156).
2.    Estrogen dan Progesteron
Hormon ini merupakan salah satu hormon penting dalam kehamilan yang  mengatur kehamilan. Progesteron mempersiapkan lapisan rahim untuk menerima telur yang sudah dibuahi, merangsang perkembangan jaringan tubuh serta menimbulkan rasa tenang. Bersama dengan estrogen, hormon progesteron juga berguna untuk merangsang perkembangan kelenjar air susu, memperbesar buah dada, dan membuat areola melebar dan lebih gelap  (Stahl. 2000:156).
3. Relaxin
Hormon ini melembutkan rahim dan mengendorkan otot panggul untuk persiapan kelahiran (Stahl. 2000:156).
4.    Oksitosin
Hormon ini berfungsi untuk merangsang kontraksi rahim untuk mendorong bayi keluar. Oksitosin juga berguna untuk membantu rahim mengkerut keukuran normal setelah melahirkan dan merangsang produksi air susu selama proses menyusui (Stahl. 2000:157).
5.    Prostaglandin
Bertugas untuk merangsang kehamilan. Wanita memproduksi hormon ini ketika janin siap lahir. Cairan semen yang dikeluarkan pria ketika ejakulasi juga mengandung hormon Prostaglandin (Stahl. 2000:157).

6.    Endorfin
Hormon endorfin menimbulkan rasa tenang dan menghilangkan rasa sakit. Hormon endorfin meningkat selama kehamilan dan memuncak saat persalinan/kelahiran (Stahl. 2000:157).
2.2  Spermatozoa
Spermatozoid atau sel sperma atau spermatozoa (berasal dari bahasa Yunani kuno<$2Fspan> σπέρμα yang berarti benih dan ζον yang berarti makhluk hidup) adalah sel dari sistem reproduksi laki-laki. Sel sperma akan membuahi ovum untuk membentuk zigot. Zigot adalah sebuah sel dengan kromosom lengkap yang akan berkembang menjadi embrio (crombie,1993:246).
Sel-sel sperma sebenarnya hanya merupakan inti yang berflagelum. Sperma dihasilkan dalam testis oleh sel-sel khusus yang disebut spermatogonia. Spermatogonia yang bersifat diploid ini dapat membelah diri secara mitosis membentuk spermatogonia atau dapat berubah menjadi spermatosit. Meiosis dari setiap spermatosit menghasilkan empat sel haploid ialah, spermatid. Spermatid ini dalam proses tersebut, kemudian kehilangan banyak sitoplasma dan berkembang menjadi sperma (Kimball, 1996: 360).
Proses pembentukannya disebut spermatogenesis. Spermatogonium yang terletak di paling luar tubulus seminifirus dan yang melekat pada membrane basalis, mengalami mitosis berulang-ulang. Ini tumbuh menjadi spermatosit. Spermatosit mengalami meiosis menjadi spermatid. Spermatid mengalami spermiogenesis menjadi sperma, yang dipelihara oleh sel Sertoli. Satu sel Sertoli memelihara berpuluh spermatid, terletak di daerah puncaknya (Yatim, 1994: 11).
Spermatogenesis, atau produksi sel-sel sperma dewasa, adalah proses yang terus-menerus dan prolific pada jantan dewasa. Setiap ejakulasi laki-laki mengandung 100 sampai 650 juta sel sperma, dan seorang laki-laki dapat mengalami ejakulasi setiap hari dengan kemampuan untuk membuahi yang hanya berkurang sedikit (Campbell, 2004: 160).
2.3    Bagian-Bagian Sperma
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin. (Yatim, 1994: 239).
Kepala mengandung lapisan tipis sitoplasma, dan sebuah inti berbentuk lonjong yang hampir mengisi seluruh bagian kepala itu. Inti di selaputi oleh selabung perisai, di depan atau di belakang. Di depan di sebut tudung depan atau akrosom. Di belakang di sebut tudung belakang. Ke tudung belakang melekat sentriol depan dan filament poros (Yatim, 1994: 238).
Leher adalah tempat persambungan ekor dengan kepala. Persambungan itu berbentuk semacam sendi peluru pada rangka. Dalam leher pula lah terdapat sentriol (Yatim, 1994: 239).
Badan mengandung filament poros. Mitokondria dan sentriol belakang berbentuk cincin. (Jadi sentriol yang terdapat 2 buah pada setiap sel umumnya, pada sperma letaknya terpisah dan berbeda bentuk (Yatim, 1994: 240).
 Ekor dibedakan atas tiga bagian yaitu bagian tenagh, bagian utama, bagian , yang pada orangujung. Ekor memiliki teras yang disebut aksonema, yang terdiri dari Sembilan doublet mikrotubul dan dua singlet mikrotubulsentral. Ini sama dengan sitoskeleton yang dmiliki flagella.Susuna sksonema sama dari pangkal ke ujung ekor. Perbedaanya denga flagella lain pada umumnya ialah bahwa pada spermatozoa di sebuah luar teras itu ada Sembilan berkas serat padat (Yatim, 1994: 241).
Pada bagian tengah ekor di sebuah luar serat padat ada cincin mtokondria yang bersusun rapat dengan arah spiral. Pada bagian utama di sebuah luar serat padat tak ada cincin mitokondri, tetapi di gantikan oleh seludung serat. Seludung ini tipis dan berbentuk tulang rusuk, sedang di bagian tengah atas-bawah menebal menonjol. Serat padat di tentang ini bergabung dengan penebalan tengah itu (Yatim, 1994: 241).

2.4    Pembentukan Sel Gamet
Pembentukan sel gamet dibedakan menjadi dua macam, yaitu pembentukan sel gamet (sel kelamin) jantan atau sperma disebut spermatogenesis, dan pembentukan gamet betina atau ovum disebut oogenesis (Suwarno,2004:300) (yatim. 1996: 300).
2.4.1. Spermatogenesis
            Pembentukan sel sperma terjadi di dalam testis atau buah zakar. Sperma atau spermatogonium yang bersifat diploid. Selanjutnya, spermatogonium membelah secara mitosis menghasilkan spermatozoidprimer yang juga bersifat diploid. Selanjutnya, spermatozoid*primer membelah reduksi (meiosis) menghasilkan spermatozoid skunder yang haploid. Setelah itu spermatzoid sekunder membelah menhhaslkan spermatid, yaitu calon sperma yang belum mempunyai ekor. Sperma berkembang menjadi spermatozoa yang telah dilengkapi ekor. Setiap spermatozoa terdiri tas bagian ujung yang disebut dengan kepala. Pucuk kepala ini mengandung akrosom yang berisi enzim hialuronidase dan proteinase yang berperan untuk menembus lapisan pelindung sel telur. Bagian temgahnya banyak mengandung mitikondria yang oenting untuk memeobolisasi energi  (Slamet, 2007: 303).
Ketika spermatid di bentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun setelah spermatid memanjang menjadi sperma akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pad bagian membrane permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut akrosom yang berfungsi menembus lapisan ovum  (Diah, 2004: 267).
2.4.2 Ooganesis
Sel telur atau ovarium berasal dari oogania (tunggal = oogonium) atau sel induk telur. Seperti halnya spermatogonia, oogonium juga bersifat diploid, yaitu mempunai 23 pasang kromosom. Oogenium akan tumbuh menjadi oosit primer. Oosist primer akan membelah meiosis menjadi dua sel yang tidak sama ukurannya  yang berukuran normal (besar) disebut oosit sekunder , sedangkan yang berukuran lebih kecil karena kekurangan plasma sel disebut badan kutub primer/polosit primer  (Slamet, 2007: 302).
2.5  Macam - macam Sperma
Sperma ada dua macam yaitu Sperma tak berflagellum dan Sperma berflagellum  (Yatim, 1994: 11).
            Sperma tak berflagellum jarang terdapat. Hanya pada beberapa evertebrata (Nematoda, Crustacea). Sperma yang berflagellumlah umum terdapat pada hewan. Flagellum itu ada yang satu (umum), ada yang dua  (Yatim, 1994 : 11).
2.6  Sperma Bentuk Abnormal
Sperma dapat berbentuk lain dari biasanya, yang pada orang dapat menyebabkan kemandulan (steril). Ada orang yang proses spermatoenesisnya tidak lancer, sehingga di hasilkan sperma yang memiliki bentuk dan susunan yang tak sempurna (Yatim, 1994: 15)
Keabnormalan pada kepala ialah kepala besar, kepala kecil, kepala kembar, tumpul. Keabnormalan pada ekor adalah pada bagian tenagah besar, pada bagian tengah melekat “sitoplasma sisa “ berupa kecil atau gembungan di kedua sisi, ekor melilit, ekor kecil (Yatim, 1994: 242).
2.7 Kualitas Sperma
2.7.1 Macam Sperma menurut kromosom lain
Sesuai dengan danya 2 kromosom kelamin pada hewan yang bersistem XY (umum pada vertebrata), maka dalam hal sperma jadi haplon pada proses meiosis, terbentuklah spermatid yang di sepihak hnay mengandung salah satu kedua macam kromosom itu : X dan Y terbentuklah sperma yang hanya mengandung kromosom kelamin X disingkat sperma-X lalu ad sperma yang hanya mengandung kromsom yang hanya mengandung kelamin Y disingkat sperma-Y. Pada orang dan mamalia lain sudah diselidiki adakah perbedaan morfologis dan fisiologis Ke kedua sperma X dan Y. Denagn cara sentrifugasi (pemusingan) dan dengan perbedaan muatan listrik, telah dapat di pisahkan kedua jenis sperma itu.Sehingga dengan demikian dapat di atur apakah sperma X akan membuahi ovum atau sperma Y. Kalau sperma X yang membuahi ovum hanya menganadung kromosom kelamin X, terbentuklah zigot atau embrio XX(betina) kalau sperma Y yang membuahi maka akan terbentuk embrio XY (jantan)  (Yatim, 1994: 15-16).
2.7.2 Ketahanan sperma di Luar Tubuh
Sperma mudah sekali terganggu oleh suasana lingkungan yang berubah. Kekurangan viamin E menyebabkan ia tek bertenaga melakukan penbuahan. Terlalu rendah atau tinggi suhu medium pun akan merusak pertumbuhan dan kemampuan membuahi. Pada mamalia skrotum memiliki suhu lebih rendah dari suhu tubuh. Jika testis tetap berada dalam rongga tubuh (abdomen) pada umumnya menyebabkan sperma rusak atau tidak dapat melakukan pembuahan. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8. Suhu skrotum 1-8 C lebih rendah dari suhu tubuh. Namun ada juga mamalia yang testisnya bukan dalam skrotum khusus tapi dalam rongga terpisah dari rongga abdomen. Ini pun telah menurunkan sedikit suhu testis di bandingkan suhu tubuh (Yatim, 1994: 18).
2.7.3 Gerakan Sperma
Ketika masih dalam tubulus seminiferus sperma tak bergerak. Secara berangsur dalam duktus epididimis mengalami pengaktifan.Ketika keluar dari tubuh kecepatan sperma dalam medium cairan saluran kelamin betina sekitar 2,5 mm/menit. Karena itu disebut bersama vas deferens, duktus epididimis berfungsi sebagai daerah pematangan fisiologis sperma. Dalam duktus ini sperma di simpan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Sifat sperma menentukan juga kemandulan seseorang pria. Kalau gerakan terlalu lambat, lamban atau gerakan itu tidak menentukan arah, maka pembuaha sulit berlangsung. Ada batas waktu menunggu bagi ovum untuk dapat di buahi. Kalau terlambat sperma datang tak subur lagi (Yatim, 1994: 16-17).
2.7.4 Keasaman Sperma
Perubahan sperma pun merusak sperma.terlebih terdapat asam. Keasaman sanggama atau vagina dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan sperma yang masuk (Yatim, 1994: 18).
2.7.5 Sifat Kekebalan Sperma
Plasma mani bersama-sama mengandung antigen. Beberapa kemandulan pada pria dan wanita ada hubungan yang di kandung mani. Antibody yang ada pada serum wanita dan yang di angkut ke leher rahim akan mengaglutinasi atau membuat sperma lumpuh tak bisa lagi bergerak. Secara in vitro serum yang mulanya tidak mengaglutinasi sperma akan mengaglutinasi kalau di tambahkan progresteon atau testosterone. Sebaliknya akan tidak mengaglutinasi atau berkurang keaglutinasian itu kalau di beri estradiol dan estriol  (Yatim, 1994: 19-20).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
            Praktikun ini di laksanakan pada hari Senin tanggal 9 November 2009 pukul 11.00-14.00 dan hari Sabtu tanggal 14 November 2009 pukul 07.00-09.00 WIB di Laboratorium Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
3.2.1 Alat
Alat-alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, objek glass, deckglass, tabung  reaksi (evendow), rak tabung, mikropipet, tespect, kertas lakmus.
3.2.2 Bahan
Bahan yang di gunakan dalam praktikum ini adalah sperma manusia perokok dan non perokok, urine ibu hamil dan tidak hamil, Nacl 0,9%, eosin, negrosin. 
3.3  Cara Kerja Praktikum
3.3.1 Uji Test Kehamilan
1.      Urine diambil pada pagi hari (awal bangun tidur) dan diampung dalam wadah yang bersih.
2.      tespeck dicelupkan kedalam urine sesuai dengan panah batas garis maksimum selama 30-60 detik.
3.      Tespeck diangkat, di tunggu selama 1-3 menit dan dilihat hasilnya, jika muncul garis merah maka terbukti positive (hamil), dan jika hanya tertera satu strip maka dinyatakan negative (tidak hamil).
3.3.2   Pengamatan gerak sperma.
A.    Pemeriksaan Motilitas
1.      Dihisaplah semen dari tabung penampungan dengan mikropipet.
2.      Diteteskan semen pada objek glass.
3.      Diamati motilitas individu sperma pada objek galss yang telah ditetesi semen tersebut langsung dibawah mikroskop dengan pembesaran 400x tanpa cover glass.
4.      Diklasifikasikan gerak individu spermatozoa dengan kriteria sebagai berikut:
a.       Gerakan progresif atau gerakan maju dari spermatozoa merupakan gerak terbaik.
b.      Gerak mundur dan gerak melingkar merupakan tanda-tanda cold shock, sedangkan untuk spermatozoa yang gerakannya berayun-ayun atau berputar-putar adalah yang tua.
c.       Spermatozoa yang berhenti bergerak adalah spermatozoa yang mati.
5.      Untuk pengamatan motilitas massa dengan melihat objek glass yang telah ditetesi semen dengan  menutup bagian atas cover glass, dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
6.      Ditentukan kriteria penilaian gerak massa sebagai berikut:
a.       Sangat baik (+++), sehingga terlihat gelombang besar, banyak gelap dan tebal, dan aktif seperti gumpalan awan hitam menjelang hujan bergerak cepat berpindah-pindah tempat.
b.      Baik (++), bila terdapat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban.
B.     Pemeriksaan Viabilitas
1.      Diteteskan semen dengan mikropipet pada objek glass.
2.      Diteteskan eosin-negrosin pada sperma yang telah diteteskan pada objek glass.
3.      Diambil objek glass yang lain dan diapuslah objek glass yang sudah ditetesi dengan sperma dan eosin-negrosin.
4.      Dihapuslah kedua objek glass tersebut yakni dengan menempelkan ujung objek glass yang lain pada campuran tadi, ditarik kearah sepanjang objek glass sehingga membentuk 1 lapisan tipis.
5.      Difiksasikan preparat tersebut atau dikeringkan dengan udara dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
6.      Spermatozoa yang mati akan menyerap warna dan bewarna gelap, sedangkan spermatozoa yang hidup tidak menyerap warna.
7.      Dihitung sel sperma yang ada sebanyak 200 sel.
8.      Dihitung sel yang hidup dan yang mati dengan persamaan:
Persamaan Hidup =        h        x 100%
h+m
ket: h = sel sperma yang hidup
  m= sel sperma yang mati
C.    Pemeriksaan Abnormalitas
1.      Dilihat cara kerja pada pemeriksaan viabilitas.
2.      Ditentukan sel sperma yang abnormalitas, meliputi:
a.       Kepala lebih besar atau lebih kecil, kepala ganda dan kepala terpisah.
b.      Leher besar, leher kusut dan leher patah.
c.       Ekor menggulung dan ekor patah.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Uji Tes Kehamilan
Sample Urine
Merk, Hasil dan Warna
Umur kehamilan

Akurat dan One Med
Controlpeck
Tespeck
Hamil Tua
(+) Merah
(+) Merah Tua
5 bulan
Hahil Muda
(+) Merah
(+) Merah
Tidak tahu
Tidak Hamil
(-) Merah
(-) Merah Muda
-

4.1.2 Pengamatan Spermatozoa
(Ambercrombie, 1993: 247)                           (hasil penelitian)
Keterangan:
1.      Kepala                         4. Vesikel Akrosom                7. Mitokondria
2.      Bagian tengah             5. Nukleus                               8.  Flagela
3.      Ekor                            6. Membran Plasma

4.1.3 Macam-macam Sperma Abnormalitas
Sperma Abnormalitas
Abnormal Mikroskopik






Abnormal Makroskopik

(httpaarts.web-log.nlaartsimag)
(Hasil Penelitian)

4.1.4 Uji Kualitas Spermatozoa
Parameter Pengamatan Sperma
Manusia
Hasil
Pengamatan makroskopik
perokok
Non perokok
Warna
Putih kuning
Putih bening
Kental
Kental
Tidak kental
Ph
8
8
Volume
+ 1,5
+ 3,5

Pengamatan Mikroskopik
Perokok
Non perokok

Motilitas

Maju
89%
90%
Mundur
9%
7%
Memutar
2%
3%

Viabilitas
Hidup
20%
30%
Mati
80%
70%
Normal
_
+;/span> 94%
Abnormal
_
+ 6%

4.2 Pembahasan
4.2.1 Tes Kehamilan
Kehamilan seseorang bisa di ketahui dari uriennya setelah di tes dengan tespect. Apabila pada tespect muncul dua garis merah muda berarti hasilnya positif (hamil), apabila hanya muncul satu garis merah muda berarti hasilnya negative (tidak hamil) dan apabila tidak muncul garis merah sama sekali berarti hasilnya gagal.
            Cara agar dapat mendeteksi kehamilan sendiri dapat dilakukan dengan tes urine dengan menggunakan tespect. Pada urine orang hamil dengan orang yang tidak hamil pun mempunyai warna yang berbeda. Urine orang hamil berwarna kuning keemasan sedangkan pada wanita yang tidak hamil urine berwarna kuning jernih. Ini di sebabkan karena di dalam urine orang hamil mengandung hormon HCG. Yang mana hormon ini hanya dimiliki oleh orang hamil saja.
Tanda-tanda kehamilan hanya bisa diketahui dengan jika seorang wanita memiliki human Chorionic Gonadotropin (HCG). Dengan adanya hormon ini didalam air seni (urine) dan darah (blood) maka wanita dipastikan sedang hamil dan setiap minggunya hormon HCG  ini akan meningkat seiring dengan perkembangan janin. Karena itulah kandungan utama dalam alat test kehamilan berisi hormon HCG 20-100mIU/mL. Setiap merek punya kandungan berbeda-beda, biasanya 25-50mIU/Ml. seperti merk akurat adalah strip uji kehamilan untuk mendeteksi adanya hormone HCG (human chorionic gonadotropin) dalam urine dengan kepekaan tinggi hingga 100mIU/MI urine. Hormone HCG dihasilkan oleh jaringan plasenta yang sedang berkembang sesaat setelah terjadi pembuahan. Dalam kehamilan yang normal HCG muncul dalam urine dan konsentrasinya meningkat dengan cepat. Dengan cara ini kehamilan sudah dapat dideteksi pada hari ke 3-6 setelah terlambat haids dan garis merah muncul meyakinkan bahwa test telah dilakukan dengan baik dan jika ragu maka test dapat diulang dalam jangka 2-3 hari berikutnya.
beberapa masalah yang sering dialami oleh seseorang yang akan hamil adalah  sering buang air kecil, kelelahan, kepala sering pusing, sakit punggung, varises, konstipasi, kaki membengkak, sering sakit perut dan sesak nafas.
4.2.2  Spermatozoa
            Rokok berkaitan erat dengan kemampuan reproduksi. Salah satunya, adalah kemampuan seorang pria untuk menghasilkan sperma yang berkualitas. Berbagai penelitian membuktikan bahwa rokok bisa menurunkan kualitas sperma. Ini sangat masuk akal mengingat dalam sebatang rokok terdapat sekitar 4.000 partikel kimia yang berbahaya bagi tubuh atau beracun.Antara perokok dan tidak perokok  terdapat perbedaan secara makroskopis misalnya pada soal warna, kekentalan, keasaman, mobilitas, viabilitas, dan abnormalitas (Diah,2004: 267).
Semen adalah sekresi kelamin jantan yang secara normal di ejakulasikan ke dalam saluran betina sewaktu kopulasi atau dapat pula di tampung dengan berbagai cara untuk keperluan insenminasi buatan. Dilihat dari pengamatan makroskopiknya bahwa warna sperma perokok putih kekuning-kuningan sedangkan warna sperma pada non perokok adalah putih bening atau putih susu, jika dilihat dari segi kekentalan antara sperma perokok dengan sperma bukan perokok juga terdapat perbedaan. Sperma perokok lebih kental di banding sperma bukan perokok.
Keasaman antara sperma perokok dan non perokok juga terdapat perbedaan. Kalau sperma terlalu asam maka sperma itu lama kelamaan juga akan rusak. Perubahan sperma pun merusak sperma terlebih terdapat asam. Keasaman sanggama atau vagina dapat menyebabkan kemandulan pula, karena mematikan sperma yang masuk. Tetapi pada percobaan ini keasaman antara sperma perokok dan non perokok sama yaitu ph = 8.
Motilitas adalah gerakan sperma. Sperma ada yang gerakanya cepat, Lambat, normal, dan ada yang sudah tidak bergerak yaitu sperma mati. Biasanya kelainan morfologi spermatozoa antara lain abnormalitas. Keabnormalitasan  sperma ada yang di kepala ada juga yang di ekor. Keabnormalan pada kepala ialah kepala terlalu besar, kepala terlalu kecil, kepala bengkok, kepala kembar dan tumpul. Keabnormalan pada ekor adalah ekor terlalu pendek, ekornya dua, ekornya melingkar.
Viabilitas untuk mengetahui prosentase antar sperma yang hidup dengan sperma yang mati. Antara sperma perokok dengan sperma non perokok viabilitasnya sangat berbeda. Pada sperma perokok lebih banyak yang mati dibanding sperma yang non perokok karena pada sperma perokok banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh atau beracun. Dari hasil diatas dapat dihitung dengan  menggunakan persamaan sebagai beriut:
Persamaan Hidup =        h        x 100%
h+m
sperma perokok                                               Sperma non perokok
Diket =              h = 20                                    Diket  =           h = 30
                                    m = 80                                                 m = 70
ditanya = PH……?                                         Ditanya = PH……?
Jawab  =   h    x 100%                                     Jawab  =   h    x 100%            
              h+m                                                                 h+m
            =   20    x 100%                                               =    30  x100%          
              20+80                                                              30+70
            = 0,                                                              =  0,3
               100                                                                   100
            = 0,002 %                                                        =  0,003%
Jadi, perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa pada sperma perokok lebih banyak yang mati dibanding sperma yang non perokok karena pada sperma perokok banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh atau beracun sehingga dapat menyebabkan seseorang mandul atau impotensi dll.


BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
praktikum ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Agar dapat mendeteksi kehamilan sendiri dilakukan tes urine dengan menggunakan tespect. Hormon HCG adalah  hormon yang hanya dimiliki wanita yang sedang hamil yang biasanya terkandung di dalam urine.
Satu spermatozoa terdiri dari kepala, leher, badan, dan ekor. Sebagian besar kepala sperma berisi inti. Dua pertiga bagian inti di selimuti tutup akrosom. Jika terjadi terjadi pembuahan maka tutup akrosom pecah, dari akrosomnya keluar enzim-enzim yang terpenting ialah hialurodinase dan protease mirip tripsin.
Mobilitas adalah gerakan sperma. Sperma ada yang gerakanya cepat, Lambat, normal, dan ada yang sudah tidak bergerak yaitu sperma mati. Biasanya kelainan morfologi spermatozoa antara lain abnormalitas. Keabnormalitasan  sperma ada yang di kepala ada juga yang di ekor. Keabnormalan pada kepala ialah kepala terlalu besar, kepala terlalu kecil, kepala bengkok, kepala kembar dan tumpul. Keabnormalan pada ekor adalah ekor terlalu pendek, ekornya dua, ekornya melingkar.
Viabilitas untuk mengetahui prosentase antar sperma yang hidup dengan sperma yang mati. Antara sperma perokok dengan sperma tidak perokok viabilitasnya sangat berbeda. Pada sperma perokok lebih banyak yang mati dibanding sperma yang non perokok karena pada spema perokok banyak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh atau beracun.
Sperma
H
m
persen
Hasil (PH)
Perokok
20
80
100%
0,002%
Non perokok
30
70
100%
0,003%
  5.2 Saran
            Sebelum melakukan praktikum diharapkan kepada asisten untuk memeriksa terlebih dahulu mikroskop yang akan digunakan agar waktu praktikum kita tidak lama  mengoperasikan mikroskop sehingga spermanya tidak sampai mati.
            Diharapkan kepada asisten pada waktu mengembalikan laporan yang sudah dikoreksi dan revisi tolong dipercepat karena apabila pada waktu pengembalian laporan diperlambat dikhawatirkan laporan pertama direvisi pasti laporan yang selanjutnya juga akan direvisi karena kata-kata yang digunakan hampir sama dengan laporan yang pertama.         
           

DAFTAR PUSTAKA

Ambercrombie, M. 1999. Kamus lengkap Biologi. Jakarta: Erlangga.
Aryulina, Diah. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Campbell, A Neil. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Egon Stahl. 1999. Analisis Kehamilan. Bandung: ITB.
Kimball, W. John. 1994. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Prawirohartono, Slamet. 2007. Sains Biologi. Jakarta: Erlangga.
Setya, w.2004. Biologi Reproduksi. Bandung: Trimurti.
Yatim, Wildan. 1994. Biologi Modern Histologi. Bandung: Tarsuto Bandung.
httpaarts.web-log.nlaartsimag.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar